Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam ditanya tentang puasa hari senin, maka beliau menjawab:
“Itu adalah hari aku
dilahirkan, hari aku di utus menjadi Nabi, dan hari diturunkan wahyu kepadaku.”
(HR. Muslim no. 1162)
Cara Nabi Muhammad merayakan maulid
antara lain:
- Dengan berpuasa sebagai bentuk
bersyukur kepada Allah.
- Dilakukan setiap pekan, bukan
setiap tahun.
Namun, saat ini perayaan maulid
yang dilakukan oleh Rasulullah telah diganti dengan hal-hal sebagai berikut:
- Dengan bersenang-senang dan
menyediakan banyak makanan, bahkan ada yang mengadakan pawai dengan membuat
patung-patungan hewan makhluk bernyawa, sehingga banyak mubadzir.
- Dilakukan setiap tahun.
- Terkadang dibarengi dengan
kemungkaran-kemungkaran seperti:
> Musik-musikan.
> Ikhtilat (bercampurnya) laki-laki dan wanita,
dan lain-lain.
Apakah kita ingin mengganti
cara maulid yang dicontohkan oleh Nabi dengan cara yang lebih buruk?
“Maukah kalian mengganti yang rendh sebagai pengganti yang lebih baik?”
Kyai Muhammad Hasyim Al-Asy’ari
berkata:
“Dan pada saat perkaranya
sebagaimana yang aku sifatkan dan aku takut perbuatan yag menghinakan ini akan
tersebar di banyak tempat sehingga menjerumuskan orang-orang awam kepada kemaksiatan
yang bermacam-macam. Selain itu, dapat dimungkinkan mengantarkan mereka kepada
keluar dari agama Islam. Oleh karena itu, aku menulis peringatan-peringatan ini
sebagai bentuk nasihat untuk agama dan memberi pengarahan kepada kaum muslimin.
Aku berharap agar Allah menjadikan amalanku ini murni ikhlas untuk wajah-Nya
yang mulia, sesungguhnya Ia adalah pemilik karunia yang besar.”
Beliau juga berkata di awal
risalah:
“Pada senin malam tanggal 25
rabi’ul awal 1355 Hijriyah, sungguh aku telah melihat sebagian dari kalangan para
penuntut ilmu di sebagian pondok telah melakukan perkumpulan dengan nama “Perayaan
Maulid”. Mereka telah menghadirkan alat-alat musik, lalu mereka membaca sedikit
dari Al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang datang tentang awal sirah Nabi dan
tentang tanda-tanda kebesran Allah yang terjadi pada saat maulid (kelahiran)
Nabi. Demikian juga sejarah Beliau yang penuh keberkahan setelah itu. Setelah itu
mereka pun mulai melakukan kemungkaran-kemungkaran seperti saling berkelahi dan
saling mendorong yang mereka namakan dengan “Pencak silat” atau “Box”, dan
memukul-mukul rebana. Semua itu mereka lakukan di hadapan para wanita ajnabiyah
(bukan mahram mereka) yang dekat posisinya dengan mereka sambil menonton
mereka. Selain itu, juga ada musik, sandiwara cara kuno dan permainan.....”
0 comments:
Post a Comment