Saturday, February 21, 2015

Ketika Hati Mulai Terpaut Dengan Dunia



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bersegeralah beramal shalih, sebelum datang fitnah-fitnah yang banyak. Seseorang di waktu pagi masih beriman, namun di sore hari ia kafir. Atau seseorang di sore hari ia beriman, dan di pagi hari ia kafir. Dia menjual agamanya dengan secuil kesenangan dunia.” (HR. Muslim)

Seperti inilah kondisi kaum muslimin pada zaman ini. Banyak dalil yang menjelaskan tentang bahayanya cinta dunia atau penyakit Al-Wahn.
Jika Hati kita telah terpaut dengan dunia, maka perhatikan ciri-cirinya:
  1. Kita tidak bersiap-siap saat waktu shalat akan tiba.
  2. Kita melalui hari demi hari tanpa membuka dan membaca lembaran Al Qur’an lantaran terlalu sibuk.
  3. Kita sangat perhatia dengan omongan orang lain mengenai diri kita.
  4. Kita selalu berpikir setiap waktu bagaimana caranya harta yang kita miliki bertambah.
  5. Kita marah ketika ada orang yang memberikan nasehat bahwa perbuatan yang kita lakukan adalah haram.
  6. Kita terus menerus menunda untuk berbuat baik. “Aku akan mengerjakannya besok, nanti, dan seterusnya.”
  7. Kita selalu mengikuti perkembangan gadget terbaru dan selalu berusaha memilikinya.
  8. Kita sangat tertarik dengan kehidupan para selebriti.
  9. Kita sangat kagum dengan gaya hidup orang-orang kaya.
  10. Kita ingin selalu menjadi pusat perhatian orang banyak.
  11. Kita selalu bersaing dengan orang lain untuk meraih cita-cita duniawi.
  12. Kita selalu merasa haus akan kekuasaan dan kedigdayaan dalam hidup, dan perasaan itu tidak dapat dibendung.
  13. Kita merasa tertekan manakala gagal meraih sesuatu.
  14. Kita tidak merasa bersalah saat melakukan dosa-dosa kecil.
  15. Kita tidak mampu untuk segera berhenti melakukan perbuatan haram, dan selalu menunda untuk bertaubat kepada Allah.
  16. Kita tidak kuasa berbuat sesuatu yang diridhai Allah hanya karena perbuatan itu bisa mengecewakan orang lain.
  17. Kita sangat perhatian terhadap harta benda yang sangat ingin kita miliki.
  18. Kita merencanakan kehidupan hingga jauh ke depan.
  19. Kita menjadikan aktivitas belajar agama sebagai aktivitas pengisi waktu luang saja, setelah sibuk berkarir.
  20. Kita memiliki teman-teman yang kebanyakan dari mereka tidak bisa mengingatkan kita kepada Allah.
  21. Kita menilai orang lain berdasarka status sosialnya di dunia.
  22. Kita melalui hari ini tanpa sedikitpun terbersit memikirkan kematian.
  23. Kita meluangkan banyak waktu sia-sia melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat.
  24. Kita merasa sangat malas dan berat untuk mengerjakan suatu ibadah.
  25. Kita tidak kuasa mengubah gaya hidup kita yang suka berfoya-foya, walaupun kita tahu bahwa Allah tidak menyukai gaya hidup seperti itu.
  26. Kita senang berkunjung ke negeri-negeri kafir.
  27. Kita diberi nasehat tentang bahaya memakan harta riba, akan tetapi kita beralasan bahwa beginilah satu-satunya cara agar tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi.
  28. Kita ingin menikmati hidup ini sepuasnya.
  29. Kita sangat perhatian dengan penampilan fisik kita.
  30. Kita meyakini bahwa hari kiamat masih lama datangnya.
  31. Kita melihat orang lain meraih sesuatu dan kita selalu berpikir agar dapat meraihnya juga.
  32. Kita ikut menguburkan orang lain yang meninggal, tapi kita sama sekali tidak memetik pelajaran dari kematiannya.
  33. Kita ingin semua yang kita harapkan di dunia ini terkabul.
  34. Kita mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa agar bisa segera melanjutkan pekerjaan.
  35. Kita tidak pernah berpikir bahwa hari ini bisa jadi adalah hari terakhir kita hidup di dunia.
  36. Kita merasa mendapatkan ketenangan hidup dari berbagai kemewahan yang kita miliki, bukan merasa tenang dengan mengingat Allah.
  37. Kita berdoa agar bisa masuk surga namun tidak sepenuh hati seperti halnya saat kita meminta kenikmatan dunia.


Lalu bagaimana caranya agar hati kita terhindar dari penyakit Al-Wahn..???


Saturday, February 14, 2015

Melihat Hukum Merayakan Valentin's Day


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ditanya:

Akhir-akhir ini merebak perayaan valentin’s day “terutama di kalangan pelajar putri”, padahal ini merupakan hari raya kaum Nashrani. Mereka mengenakan pakaian berwarna merah dan saling bertukar bunga berwarna merah. Kami mohon perkenan Syaikh untuk menerangkan hukum perayaan semacam ini, dan apa saran Syaikh untuk kaum muslimin sehubungan dengan masalah-masalah seperti ini.
Semoga Allah menjaga dan memelihara Syaikh.

Maka beliau rahimahullah menjawab:
Tidak boleh merayakan valentin’s day karena sebab-sebab berikut.
Pertama: Bahwa itu adalah hari raya bid’ah, tidak ada dasarnya dalam syari’at.
Kedua: Bahwa itu akan menimbulkan kecengengan dan kecemburuan.
Ketiga: Bahwa itu akan menyebabkan sibuknya hati dengan perkara-perkara bodoh yag bertolak belakang dengan tuntunan para salaf.

Karena itu, pada hari tersebut tidak boleh ada simbol-simbol perayaan, baik berupa makanan, minuman, pakaian, saling memberi hadiah ataupun apapun.
Hendaknya setiap muslim merasa mulia dengan agamanya dan tidak merendahkan diri dengan menuruti setiap ajakan.
Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari setiap fitnah, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dan semoga Allah senantiasa membimbing kita dengan bimbingan dan petunjuk-Nya.

Rujukan: Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin, tanggal 5/11/1420 H yang beliau tandatangani. Disalin dari buku “Fatwa-fatwa Terkini Jilid 2”, penerbit Darul Haq.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Catatan Terbaru

Blogger templates