Tuesday, April 21, 2015

Terhapusnya Amal Karena Update Status



Pernahkah kita membaca tulisan-tulisan di bawah ini pada status-status orang lain, sahabat bahkan saudara kita atau justru kita sendiri yang membuatnya di dunia maya?
“Alhamdulillah, masakan buat buka puasa sunnah sudah beres. :D ”
“Semoga kakek-kakek tadi senang menerima sedekahku.”
“Akhirnya, khatam Al Qur’an juga, yeaahh..”
“Haduh, baru aja kemarin dibotakin. Sekarang lagi umroh botak lagi deh.”
“Selamat puasa senin kamis teman, puasa semua kaan?”
“Tadi tahajud rasanya hati jadi tenang.”
“Udah lama gak ikut kajian, kangen pengen kajian lagi”
“Eh, besok ada jadwal kajian di masjid Mujahidin, asyiik, datang ahh.”
“Alhamdulillah sekarang aku sudah berjilbab syar’i nih. Semalam aku bermuhasabah sampai bengkak mataku gara-gara banyak nangis.”
“Habis ngisi ceramah sama seminar buat adek-adek, semoga bermanfaat dan jadi amal untukku.”
“Wah, udah lama gak muroja’ah nih. Banyak banget hapalan Qur’anku yang lupa.”
“Tadi adek-adek aku ajarin baca Qur’an pada seneng banget ya. Jadi seneng ngeliatnya.”
Dan lain sebagainya…

Saudaraku, sesungguhnya harga diri manusia tidak akan meningkat dengan laporan-laporan seperti di atas di dunia maya. Berikan saja mereka ilmu yang lebih bermanfaat daripada menunjukkan dan memamerkan amal-amal kebaikan yang telah kita lakukan.


Kelak, bisa jadi mereka yang memamerkan amalnya di dunia maya termasuk dalam orang-orang yang disebutkan dalam hadits berikut:
Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
(Pertama) “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman: ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (hamba ini mengakui beramal karena riya’-edt).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke neraka.
(Kedua) Berikutnya adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur’an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya sewaktu di dunia, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakanny: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca Al Qur’an hanyalah karena Engkau.’ Allah berkata: ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan sebagai seorang yang ‘alim dan engkau membaca Al Qur’an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca Al Qur’an). Memang begitulah yang dikatakan (hamba ini mengakui beramal karena riya’-edt).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke neraka.
(Ketiga) Berikutnya adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya: ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab: ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman: ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (hamba ini mengakui beramal karena riya’-edt).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke neraka.”
Diriwayatkan oleh: HR. Imam Muslim, Kitabul Imarah, Bab Man Qaatala lir Riya’ was Sum’ah Istahaqqanar (VI/47) atau (III/1513-1514 no. 1905); HR. Imam An Nasa’I, Kitabul Jihad bab Man Qaatala Liyuqala : Fulan Jari’; HR. Imam An Nasa’I VI/23-24; HR. Imam Ahmad II/322; HR. Imam Al-Baihaqi, IX/168.

Mengapa mereka dilempar ke neraka..???
Sebab keduanya menikmati riya’, sum’ah dan sejenisnya.
Bisa jadi, dengan status-status di atas, kitalah orang-orang yang disebutkan dalam hadits yang kelak dilemparkan ke dalam neraka yang kobaran apinya sungguh amat sangat dahsyat…
Na’udzubillahi min dzalik…

Riya’ itu menghapus hampir bahkan bisa seluruh, dari pahala ibadah kita. Mengapa..???
Sesungguhnya syarat diterima amal ada 2, antara lain:
1.      Ikhlas karena Allah.
2.      Terdapat tuntunan dari Rasulullah.
Riya’ jelas tidak termasuk karena bertentangan dengan ikhlas. Lalu harus bagaimana..???

Riya’ adalah penyakit hati yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah, karena riya’ termasuk syirik asghar (syirik kecil), bahkan bisa menjadi syirik akbar atau syirik besar yang membuat pelakunya keluar dari agama Islam..!!!

Bagaimana jika niat mereka berbeda, bukan karena riya’, sum’ah atau sejenisnya?
Kita tidak sedang membicarakan dan menebak-nebak niat orang lain karena bicara masalah niat tiap orang itu di luar urusan kita, bahkan kita harus selalu berhusnudzan kepada orang lain.
Namun, tidak juga meninggalkan tugas kita sebagai muslim untuk berdakwah dan saling mengingatkan. Mengingatkan bukanlah menjudge ataupun memaksa. Jadi, tetaplah berbuat baik meskipun orang lain tidak melihat kebaikan kita dan jangan merasa diri kita lebih baik dari orang lain.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Catatan Terbaru

Blogger templates