Tuesday, January 6, 2015

Rumah Yang Kosong Dari Dzikrullah


Abu Musa al-Asy’ari ra mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:
“Perumpamaan antara rumah yang didalamnya ada dzikrullah dan rumah yang tidak diisi dengan dzikrullah bagaikan orang yang hidup dengan orangyang mati.” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Orang yang hidup secara lahiriah dia diliputi oleh cahaya kehidupan dan padanya terlihat gerak-gerik yang sempurna sesuai dengan kehendak Allah. Sementara itu, ruhaninya sarat dengan cahaya ilmu, hikmah dan makrifah sehingga hatinya tetap berada dalam alam kesucian. Sebaliknya, pribadi yang tidak berdzikir memiliki sisi jasmani yang gelap dan batin yang rusak. Karena itu hendaklah kita usahakan agar hati tidak melalaikan Allah walaupun sekejap sehingga tidak akan ada penyesalan di kemudian hari.

Abu Hurairah dan Abu Sa’id mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul untuk melakukan dzikrullah melainkan malaikat akan hadir bersama mereka dan rahmat akan menyelimuti mereka. Kepada mereka, akan turun sakinah, dan Allah akan menyebut mereka sebagai golongan orang-orang yang berada disisi-Nya.” (HR. Ahmad dan Muslim).

Hal penting yang perlu disadari bahwa Allah SWT telah banyak menganjurkan hamba-Nya untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya. Anjuran yang dimaksud diantaranya sebagai berikut:
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah dengan mengingat nama-Nya sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang..” (QS. Al-Ahzaab: 41-42)

Bacalah kitab (Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakalah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan ketahuilah mengingat Allah (shalat) itu lebih besar keutamaannya dari ibadah yang lain. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan..” (QS. Al-Ankabuut: 45).

Orang yang senantiasa melakukan dzikrullah dan senang terhadapnya memiliki empat keistimewaan yang tidak akan dimiliki oleh orang lain, yaitu malaikat rahmat turun kepadanya, rahmat menyelimutinya, sakinah menyertainya dan namanya akan disebut-sebut Allah di tengah-tengah makhluk yang berada di sisinya.

Oleh karena itu marilah isi rumah kita dengan selalu melaungkan dzikrullah dan shalat serta membaca Al Qur’an dan menjadikannya sebagai sarana majelis dzikrullah. Semoga Allah selalu mencurahkan rahmat-Nya kepada kita.

Semoga bermanfaat...


Monday, January 5, 2015

Syurga Diharamkan Untuk Laki-laki Dayus...!!!


Dari Ammar bin Yasir berkata, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Tiga golongan yang tidak akan memasuki syurga yaitu: Dayus, wanita yang menyerupai laki-laki dan orang yang ketagihan arak.”
Lalu Sahabat bertanya:
“Wahai Rasulullah, kami telah paham arti orang yang ketagihan arak, tetapi apakah itu Dayus?”
Rasulullah menjawab:
“Yaitu orang yang tidak mempedulikan siapa yang masuk (bertemu) dengan istri dan anak-anaknya.”
(HR. At-Thabrani)

Dalam riwayat lain seorang Sahabat bertanya:
“Apakah itu Dayus ya Rasulullah?”
Rasulullah menjawab:
“Yaitu seorang lelaki yang membiarkan kejahatan (zina, membuka aurat, pergaulan bebas) dilakukan oleh ahlinya (istri dan keluarganya).”

Dalam Hadits riwayat Ahmad dan Nasa’i, Rasulullah bersabda:
“Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat (bermakna, tidak mendapat pertolongan dari azab) mereka di hari kiamat yaitu, si pendurhaka kepada Ibu-bapaknya, perempuan yang menyerupai laki-laki dan laki-laki Dayus.”

Para ulama menafsirkan istilah Dayus sebagai berikut:
“Seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu (karena iman) terhadap ahlinya (Istri dan anak-anaknya).” (An-Nihayah, 2/147; LisAN AL-Arab, 2150).

Imam Al-‘Aini mengatakan:
“Cemburu adalah lawan dari Dayus.” (Umdatul Qari, 18/228)

Berkata juga An-Nuhas:
“Cemburu (adalah lawan dari dayus) adalah seorang lelaki melindungi istrinya dan kaum kerabatnya dari ditemui dan dilihat (auratnya) oleh laki-laki yang bukan mahram.” (Tuhfatul Ahwazi, 9/357).

Disebutkan dalam kitab Faidhul Qadir:
“Seolah-olah takrif Dayus itu membawa maksud kehinaan (bagi laki-laki) sehingga apabila ia melihat suatu kemungkaran (dilakukan) oleh istri dan keluarganya ia tidak mengubahnya/mencegahnya.” (Faidhul Qadir, 3/327).


Kapan Laki-laki Menjadi Dayus...??
Secara mudahnya, kita bisa melihat laki-laki yang menjadi Dayus apabila:
  1. Membiarkan kecantikan aurat, bentuk tubuh Istrinya dinikmati oleh laki-laki lain sepanjang waktu baik di rumah maupun di luar rumah.
  2. Membiarkan Istrinya pulang bersama laki-laki lain yang tidak diketahui laki-laki seperti apa dan siapa serta apa yang telah diperbuatnya.
  3. Membiarkan aurat istri dan anak perempuannya (yang sudah baligh) terlihat saat naik motor ataupun kendaraan lain yang menyebabkan auratnya terlihat.
  4. Membiarkan anak perempuannya pacaran dengan tunangannya atupun teman laki-laki bukan mahramnya.
  5. Menyuruh, mengajak dan bangga dengan istri dan anak perempuan untuk memakai pakaian seksi di luar rumah.
  6. Dan lain-lain...


Sesungguhnya, sangat besar tanggung jawab seorang Ayah dan Suami terhadap keluarganya yang kelak harus dipertanggungjawabkan di hari kiamat.

Wahai para Ayah dan Suami....
Pertahankan dan peliharalah agama Istri dan keluargamu, sekalipun nyawa adalah taruhannya...
Karena rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang mati dibunuh karena mempertahankan ahli keluarganya, maka ia mati Syahid.” (HR. Ahmad).

Dan Allah Ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim: 6).

Semoga bermafaat....


Doa Seorang Anak Yang Belum Baligh Adalah Doa Yang Mustajab.


Doa yang mustajab adalah doa yang cepat dikabulkan oleh Allah, sehingga setiap muslim memiliki mimpi agar doa yang dipanjatkan adalah doa yang mustajab. Namun, tidak mudah agar doa kita menjadi mustajab, atau bisa dikatakan “sulit”. Meski demikian, tahukah kita bahwa setiap hari kita bertemu dengan pemilik doa yang mustajab? Hal ini telah dituturkan oleh Khalifah Islam pertama, Amirul Mu’minin Umar bin Khattab.

Berikut kisahnya.
Suatu ketika salah satu sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab ra melihat seorang bocah sedang berjalan kaki, di salah satu jalanan Madinah. Kemudian Umar bin Khattab membungkuk kepada bocah tersebut seraya berkata:
“Berdoalah kepada Allah SWT, (Dialah) yang Maha Penyayang dan untuk menyayangi kita.”

Kemudian ada seorang sahabat yang bertanya kepada Umar bin Khattab ra:
“Wahai Amirul Mu’minin (Umar bin Khattab), apakah engkau memohon (meminta) kepada seorang bocah (anak yang belum baligh) untuk mendoakanmu, sedangkan engkau sendiri (Umar bin Khattab) termasuk salah satu dari sepuluh orang yang telah diberi kabar gembira (yakni) masuk surga?”

Umar bin Khattab ra kemudian menjawab:
“Ya, aku telah meminta doa kepadanya (anak yang belum baligh). Karena anak ini masih belum baligh dan qalam masih belum berlaku untuknya, sehingga doa anak yang belum baligh ini mustajab. Sedangkan kita sudah dewasa dan qalam telah menulis (dosa) untuk kita.” (Dalil As-Sa’ilin, Anas Ismail Abu Daud, halaman 257).


Semoga bermanfaat...

Ketika Nabi Muhammad Bermaulid, serta Pendapat Kyai Muhammad Hasyim Asy’ari



Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari senin, maka beliau menjawab:
“Itu adalah hari aku dilahirkan, hari aku di utus menjadi Nabi, dan hari diturunkan wahyu kepadaku.” (HR. Muslim no. 1162)

Cara Nabi Muhammad merayakan maulid antara lain:
  1. Dengan berpuasa sebagai bentuk bersyukur kepada Allah.
  2. Dilakukan setiap pekan, bukan setiap tahun.


Namun, saat ini perayaan maulid yang dilakukan oleh Rasulullah telah diganti dengan hal-hal sebagai berikut:
  1. Dengan bersenang-senang dan menyediakan banyak makanan, bahkan ada yang mengadakan pawai dengan membuat patung-patungan hewan makhluk bernyawa, sehingga banyak mubadzir.
  2. Dilakukan setiap tahun.
  3. Terkadang dibarengi dengan kemungkaran-kemungkaran seperti:
         >   Musik-musikan.
         >   Ikhtilat (bercampurnya) laki-laki dan wanita, dan lain-lain.

Apakah kita ingin mengganti cara maulid yang dicontohkan oleh Nabi dengan cara yang lebih buruk?
Maukah kalian mengganti yang rendh sebagai pengganti yang lebih baik?”



Kyai Muhammad Hasyim Al-Asy’ari berkata:
“Dan pada saat perkaranya sebagaimana yang aku sifatkan dan aku takut perbuatan yag menghinakan ini akan tersebar di banyak tempat sehingga menjerumuskan orang-orang awam kepada kemaksiatan yang bermacam-macam. Selain itu, dapat dimungkinkan mengantarkan mereka kepada keluar dari agama Islam. Oleh karena itu, aku menulis peringatan-peringatan ini sebagai bentuk nasihat untuk agama dan memberi pengarahan kepada kaum muslimin. Aku berharap agar Allah menjadikan amalanku ini murni ikhlas untuk wajah-Nya yang mulia, sesungguhnya Ia adalah pemilik karunia yang besar.”

Beliau juga berkata di awal risalah:
“Pada senin malam tanggal 25 rabi’ul awal 1355 Hijriyah, sungguh aku telah melihat sebagian dari kalangan para penuntut ilmu di sebagian pondok telah melakukan perkumpulan dengan nama “Perayaan Maulid”. Mereka telah menghadirkan alat-alat musik, lalu mereka membaca sedikit dari Al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang datang tentang awal sirah Nabi dan tentang tanda-tanda kebesran Allah yang terjadi pada saat maulid (kelahiran) Nabi. Demikian juga sejarah Beliau yang penuh keberkahan setelah itu. Setelah itu mereka pun mulai melakukan kemungkaran-kemungkaran seperti saling berkelahi dan saling mendorong yang mereka namakan dengan “Pencak silat” atau “Box”, dan memukul-mukul rebana. Semua itu mereka lakukan di hadapan para wanita ajnabiyah (bukan mahram mereka) yang dekat posisinya dengan mereka sambil menonton mereka. Selain itu, juga ada musik, sandiwara cara kuno dan permainan.....”









Sunday, January 4, 2015

Belajar Ucapan Insya Allah Dari Kisah Tiga nabi


Ucapan Insya Allah memiliki arti secara bahasa adalah:
“Jika Allah Menghendaki.”

Seorang muslim mengucapkan ucapan ini ketika berjanji atau berencana mengerjakan suatu hal di waktu yang akan datang. Ia mengucapkan Insya Allah karena tahu apakah hal yang akan dikerjakannya itu akan benar-benar terjadi atau tidak. Karena semua hal yang terjadi atau tidak terjadi adalah atas kehendak Allah, berdasarkan taqdir Allah. Ucapan Insya Allah juga mengandung doa isti’anah (minta pertolongan) kepada Allah agar dimudahkan mengerjakan sesuatu hal.

Ada beberapa contoh kejadian yang pernah dialami oleh para Nabi, ketika mereka tidak mengucapkan Insya Allah dalam melakukan sesuatu yang akan terjadi atau menjanjikan sesuatu, sehingga Allah menegur mereka. Sebaliknya, ketika mereka mengucapkan Insya Allah, maka Allah memberikan kemudahan dan hasil akhir yang baik untuk mereka. Dan adapula kejadian saat seorang Nabi mengucapkan Insya Allah, namun dengan taqdir Allah sesuatu itu tidak terjadi.


Contoh pertama:
Kejadian yang dialami Nabi Sulaiman alaihissalaam.
Nabi Sulaiman pernah bersumpah, bahwa dalam satu malam beliau akan menggilir (untuk berhubungan badan) dengan sekian puluh istrinya (sebagian riwayat menyatakan 100 atau 99, sebagian lagi 90, sebagian lagi menyatakan 70, sebagian lagi menyatakan 60), dan hasilnya semua istrinya itu akan melahirkan anak-anak tangguh menjadi pasukan yang akan berjihad di jalan Allah.
Satu malaikat mengingatkan agar beliau mengucapkan Insya Allah.
Namun, Nabi Sulaiman tidak mengucapkannya. Hingga akhirnya ketika Nabi Sulaiman melakukan hal itu ternyata yang hamil hanya satu istri dan itupun melahirkan setengah manusia.

Hal ini disebutkan dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim.
Sulaiman bin Dawud alaihissalaam berkata:
“Sungguh aku akan berkeliling (menggilir) 100 istriku malam ini, sehingga tiap wanita akan melahirkan anak yang akan berjihad di jalan Allah. Kemudian satu Malaikat mengatakan kepada beliau: Ucapkanlah Insya Allah. Tapi Nabi Sulaiman tidak mengatakannya dan lupa. Kemudian beliau berkeliling pada istri-istrinya, hasil selanjutnya tidak ada yang melahirkan anak kecuali satu orang istri yang melahirkan setengah manusia."

Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Seandainya Sulaiman mengucapkan Insya Allah, niscaya beliau tidak melanggar sumpahnya, dan lebih diharapkan hajatnya terpenuhi." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Dalam hadits ini terkandung beberapa faidah penting bahwa ucapan Insya Allah jika disebutkan dalam sumpah, kemudian ternyata tidak tercapai, maka orang itu tidak dianggap melanggar sumpah. Faidah berikutnya, ucapan Insya Allah memudahkan hajat seseorang terpenuhi. Karena itu Allah berikan bimbingan adab kepada Nabi Muhammad agar janganlah beliau mengucapkan:
“Aku akan melakukan ini besok. Dengan memastikan. Kecuali jika beliau mengucapkan Insya Allah.”

Allah berfirman:
Dan janganlah sekali-kali engkau mengucapkan: Sesungguhnya aku akan melakukan hal itu besok. Kecuali (dengan mengucapkan) Insya Allah. Dan ingatlah Tuhanmu ketika engkau lupa. Dan Ucapkanlah: Semoga Tuhanku memberikan petunjuk pada jalan terdekat menuju hidayah.” (QS. Al-Kahfi: 23-24)

Al-Hafidz Ibnu Katsir ra menyatakan:
“Ini adalah petunjuk dari Allah kepada Rasul-Nya kepada adab. Yaitu jika beliau telah memiliki tekad untuk mengerjakan sesuatu di masa yang akan datang, hendaknya mengembalikan hal itu kepada Masyi-ah (kehendak) Allah Azza Wa Jalla, Yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Yang Maha Mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang/akan terjadi dan apa yang tidak terjadi serta bagaimana kalau terjadi.” (Tafsir Ibn Katsir).


Contoh kedua:
Kejadian yang terjadi pada Nabi Ismail.
Saat beliau diberitahukan oleh ayahnya bahwa ayahnya mendapat wahyu melalui mimpi untuk menyembelih beliau, Nabi Ismail mengatakan:
Wahai ayahku, lakukanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu, niscaya engkau akan dapati aku Insya Allah termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Shooffaat: 102).

Nabi Ismail pasrah kepada Allah dan menyatakan “Insya Allah, engkau akan dapat aku termasuk orang-orang yang sabar.” Akibatnya, Allah memberi hasil akhir yang baik. Beliau tidak jadi menjadi objek yang disembelih. Namun diganti dengan kambing.


Contoh ketiga:
Kejadian yang terjadi pada Nabi Musa.
Saat bertemu Nabi Khidhr, Nabi Musa ingin mengambil ilmu darinya. Nabi Musa juga berjanji dengan mengucapkan Insya Allah bahwa beliau akan berusaha sabar tidak akan bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan Nabi Khidhr, namun qoddarollah hal tersebut tidak tercapai.
Nabi Musa berkata:
Engkau akan mendapati aku Insya Allah sebagai orang yang sabar dan tidak akan bermaksiat terhadap perintahmu.” (QS. Al-Kahfi: 69).

Namun di akhir kisah, ternyata Nabi Musa tidak bisa bersabar hingga 3 kali. Kemudian Nabi Khidhr berkata:
Demikianlah penjelasan dari hal-hal yang engkau tidak mampu bersikap sabar.” (QS. Al-Kahfi:82)

Ini menunjukkan bahwa atas takdir Allah kadangkala meskipun seseorang sudah berupaya dan sebelumnya mengucapkan Insya Allah, tidak terjadi yang diharapkan. Namun, ia harus yakin bahwa segala yang ditakdirkan Allah adalah baik untuknya.

Dari 3 kisah di atas, kita bisa mengambil faidah bahwa hendaknya jika akan berjaji kita mengucapkan Insya Allah dengan harapan Allah akan menolong kita mendapatkan yang diinginkan.

Namun jika ada teman kita yang mengucapkan Insya Allah dalam janjinya kemudian tidak terpenuhi, kita berhusnudzdzon bahwa itu memang atas takdir Allah dan ia telah berusaha memenuhinya. Dan ucapan Insya Allah tidak pantas untuk dijadikan tameng oleh seorang muslim guna bermalas-malasan atau sudah ada niatan untuk menyelisihinya.

Semoga bermanfaat...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Catatan Terbaru

Blogger templates