Sunday, January 4, 2015

Belajar Ucapan Insya Allah Dari Kisah Tiga nabi


Ucapan Insya Allah memiliki arti secara bahasa adalah:
“Jika Allah Menghendaki.”

Seorang muslim mengucapkan ucapan ini ketika berjanji atau berencana mengerjakan suatu hal di waktu yang akan datang. Ia mengucapkan Insya Allah karena tahu apakah hal yang akan dikerjakannya itu akan benar-benar terjadi atau tidak. Karena semua hal yang terjadi atau tidak terjadi adalah atas kehendak Allah, berdasarkan taqdir Allah. Ucapan Insya Allah juga mengandung doa isti’anah (minta pertolongan) kepada Allah agar dimudahkan mengerjakan sesuatu hal.

Ada beberapa contoh kejadian yang pernah dialami oleh para Nabi, ketika mereka tidak mengucapkan Insya Allah dalam melakukan sesuatu yang akan terjadi atau menjanjikan sesuatu, sehingga Allah menegur mereka. Sebaliknya, ketika mereka mengucapkan Insya Allah, maka Allah memberikan kemudahan dan hasil akhir yang baik untuk mereka. Dan adapula kejadian saat seorang Nabi mengucapkan Insya Allah, namun dengan taqdir Allah sesuatu itu tidak terjadi.


Contoh pertama:
Kejadian yang dialami Nabi Sulaiman alaihissalaam.
Nabi Sulaiman pernah bersumpah, bahwa dalam satu malam beliau akan menggilir (untuk berhubungan badan) dengan sekian puluh istrinya (sebagian riwayat menyatakan 100 atau 99, sebagian lagi 90, sebagian lagi menyatakan 70, sebagian lagi menyatakan 60), dan hasilnya semua istrinya itu akan melahirkan anak-anak tangguh menjadi pasukan yang akan berjihad di jalan Allah.
Satu malaikat mengingatkan agar beliau mengucapkan Insya Allah.
Namun, Nabi Sulaiman tidak mengucapkannya. Hingga akhirnya ketika Nabi Sulaiman melakukan hal itu ternyata yang hamil hanya satu istri dan itupun melahirkan setengah manusia.

Hal ini disebutkan dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim.
Sulaiman bin Dawud alaihissalaam berkata:
“Sungguh aku akan berkeliling (menggilir) 100 istriku malam ini, sehingga tiap wanita akan melahirkan anak yang akan berjihad di jalan Allah. Kemudian satu Malaikat mengatakan kepada beliau: Ucapkanlah Insya Allah. Tapi Nabi Sulaiman tidak mengatakannya dan lupa. Kemudian beliau berkeliling pada istri-istrinya, hasil selanjutnya tidak ada yang melahirkan anak kecuali satu orang istri yang melahirkan setengah manusia."

Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Seandainya Sulaiman mengucapkan Insya Allah, niscaya beliau tidak melanggar sumpahnya, dan lebih diharapkan hajatnya terpenuhi." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Dalam hadits ini terkandung beberapa faidah penting bahwa ucapan Insya Allah jika disebutkan dalam sumpah, kemudian ternyata tidak tercapai, maka orang itu tidak dianggap melanggar sumpah. Faidah berikutnya, ucapan Insya Allah memudahkan hajat seseorang terpenuhi. Karena itu Allah berikan bimbingan adab kepada Nabi Muhammad agar janganlah beliau mengucapkan:
“Aku akan melakukan ini besok. Dengan memastikan. Kecuali jika beliau mengucapkan Insya Allah.”

Allah berfirman:
Dan janganlah sekali-kali engkau mengucapkan: Sesungguhnya aku akan melakukan hal itu besok. Kecuali (dengan mengucapkan) Insya Allah. Dan ingatlah Tuhanmu ketika engkau lupa. Dan Ucapkanlah: Semoga Tuhanku memberikan petunjuk pada jalan terdekat menuju hidayah.” (QS. Al-Kahfi: 23-24)

Al-Hafidz Ibnu Katsir ra menyatakan:
“Ini adalah petunjuk dari Allah kepada Rasul-Nya kepada adab. Yaitu jika beliau telah memiliki tekad untuk mengerjakan sesuatu di masa yang akan datang, hendaknya mengembalikan hal itu kepada Masyi-ah (kehendak) Allah Azza Wa Jalla, Yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Yang Maha Mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang/akan terjadi dan apa yang tidak terjadi serta bagaimana kalau terjadi.” (Tafsir Ibn Katsir).


Contoh kedua:
Kejadian yang terjadi pada Nabi Ismail.
Saat beliau diberitahukan oleh ayahnya bahwa ayahnya mendapat wahyu melalui mimpi untuk menyembelih beliau, Nabi Ismail mengatakan:
Wahai ayahku, lakukanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu, niscaya engkau akan dapati aku Insya Allah termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Shooffaat: 102).

Nabi Ismail pasrah kepada Allah dan menyatakan “Insya Allah, engkau akan dapat aku termasuk orang-orang yang sabar.” Akibatnya, Allah memberi hasil akhir yang baik. Beliau tidak jadi menjadi objek yang disembelih. Namun diganti dengan kambing.


Contoh ketiga:
Kejadian yang terjadi pada Nabi Musa.
Saat bertemu Nabi Khidhr, Nabi Musa ingin mengambil ilmu darinya. Nabi Musa juga berjanji dengan mengucapkan Insya Allah bahwa beliau akan berusaha sabar tidak akan bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan Nabi Khidhr, namun qoddarollah hal tersebut tidak tercapai.
Nabi Musa berkata:
Engkau akan mendapati aku Insya Allah sebagai orang yang sabar dan tidak akan bermaksiat terhadap perintahmu.” (QS. Al-Kahfi: 69).

Namun di akhir kisah, ternyata Nabi Musa tidak bisa bersabar hingga 3 kali. Kemudian Nabi Khidhr berkata:
Demikianlah penjelasan dari hal-hal yang engkau tidak mampu bersikap sabar.” (QS. Al-Kahfi:82)

Ini menunjukkan bahwa atas takdir Allah kadangkala meskipun seseorang sudah berupaya dan sebelumnya mengucapkan Insya Allah, tidak terjadi yang diharapkan. Namun, ia harus yakin bahwa segala yang ditakdirkan Allah adalah baik untuknya.

Dari 3 kisah di atas, kita bisa mengambil faidah bahwa hendaknya jika akan berjaji kita mengucapkan Insya Allah dengan harapan Allah akan menolong kita mendapatkan yang diinginkan.

Namun jika ada teman kita yang mengucapkan Insya Allah dalam janjinya kemudian tidak terpenuhi, kita berhusnudzdzon bahwa itu memang atas takdir Allah dan ia telah berusaha memenuhinya. Dan ucapan Insya Allah tidak pantas untuk dijadikan tameng oleh seorang muslim guna bermalas-malasan atau sudah ada niatan untuk menyelisihinya.

Semoga bermanfaat...

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Catatan Terbaru

Blogger templates